Pasca Perjanjian Hudaibiyyah: Rasulullah Menulis Surat Untuk Para Raja
Sesudah kembali dari Mekah dan berhasil mengadakan perjanjian perdamaian dengan pihak Quraisy, simbol kekuatan utama di Jazirah Arabia, Rosulullah melakukan babak baru dari penyebaran Islam. Beliau hendak menyebarkan Islam ke wilayah kekuasaan di luar Jazirah Arabia, di antaranya Mesir, Habasyiah (Etiopia), Persia, Romawi dan sekitarnya. Dalam penyebaran itu, Rosulullah menggunakan sarana tulis surat-menyurat yang bersetempelkan Muhammad Rosulullah.
Pada akhir tahun 6 Hijriah, Rosulullah menulis surat yang ditujukan kepada Ashamah bin Al Jabbar An Najasy, Raja Habasyah Etiopia. Surat tersebut disampaikan Amr bin Umayah Adh-Dhamry. Setelah menerima surat itu, Raja Najasi menyatakan keislamanya di hadapan Ja’far bin Abi Thalib.
Selanjutnya, Rosulullah mengutus Hathib bin Abi Balta’ah untuk menyampaikan surat beriman kepada Juraij bin Mina, Raja Mesir Qibty yang bergelar Muqauqis. Dia menghormati ajakan Rosulullah meski tidak sempat beriman. Dia memberi Rosulullah dua gadis Mesir: Mariah dan Sirin. Mariah kemudian diperistri Rosulullah dan berputra Ibrahim yang wafat waktu kecil. Sedang sirin diperistri Hasan bin Tsabit Al Ansary.
Rosulullah mengirim surat kepada Kaisar Romawi, Heraklius, di Syam. Syam adalah kerajaan terbesar setelah Persia yang dibawahi oleh Dihyah bin Khalifah Al Kalbi.
Pada 10 Jumadil Ula 7 Hijriah, Rosulullah mengirim surat melalui Abdillah bin Hudzafah kapada Raja Kisra, penguasa Persia, kerajaan terbesar kedua di dunia waktu itu. Kisra melalui gubernurnya di Yaman mempertimbangkan ajakan itu, tapi dia terbunuh dalam perang saudara terlebih dahulu. Badzan, sang gubernur, justru yang beriman bersama rakyatnya.
Rasulullah juga mengirim utusan ke Al Mundzir bin Sawa, Raja Bahrain; pemimpin Yamamah, Haudzah bin Ali Al-Hanafi; Al-Harits bin Abu Syamr Al-Ghassani, pemimpin Damaskus; Raja Oman; Ja’far Al Julunda dan saudaranya; Abad bin Al Julunda dan para pembesar lainnya untuk beriman kepada Allah semata.