LDIIKediri.com, (18/12). Seminar Wanita yang di gelar secara virtual oleh DPW LDII Jatim yang diikuti seluruh kader wanita LDII se-Jatim dengan tema Mewujudkan Ketahanan Keluarga Menuju Indonesia Tangguh, menghadirkan pembicara dari Ketua PW Muslimat NU Jawa Timur, Ketua PW Aisyah Jawa Timur, Ketua Wanita LDII Jawa Timur dan Ketua Bid. Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga, Dr. Siti Nurannisaa P.B, S.Sn.,M.Pd. pada sabtu, 18 Desember 2021.
Siti Nurannisaa, Ketua Departeman PPKK DPP LDII, menekankan bahwa karakter sangat berpengaruh dalam membangun ketahanan keluarga, ketahanan adalah kemampuan tetap kuat menghadapi tantangan dan berusaha bangkit.
Siti Nurannisaa menyampaikan bahwa keluarga tangguh itu bisa bangkit saat mereka jatuh akan tetapi butuh penyemangat agar tetap bangkit, seperti halnya saat anak-anak masih belajar berdiri, maka orang tua akan terus memberi semangat agar mereka bangkit lagi. Walaupun ia sudah usia dewasa ketika jatuh tetap harus diberi semangat, sebab setiap orang di usia apapun ketika ingin bangkit akan membutuhkan dukungan dari orang lain. Nurannisaa juga menekankan bahwa untuk bisa bangkit perlu ketegaran, daya tahan, kegigihan, kekuatan dan stamina.
“Ketahanan diri setiap anggota keluarga itu memiliki rasa sama-sama membangun keluarga, karena keluarga adalah tempat pengasuhan untuk memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarga.” ujar Annisaa.
Annisaa menambahkan ada delapan fungsi keluarga diantaranya adalah fungsi keagamaan di mana keluarga dapat menumbuhkan nilai-nilai agama seperti kesolehan dan kefahaman. fungsi sosial dan budaya, dimana anak akan belajar beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar, belajar adat istiadat yang berlaku disekitar.
“Fungsi cinta dan kasih sayang dengan cara mengkomunikasikan dengan kata-kata yang baik, penuh pengertian, perhatian dan kasih sayang sedangkan fungsi perlindungan, memberikan memberi rasa aman dan nyaman bagi anggota keluarga, mereka akan lebih memilih tinggal di rumah karena kondisi rumah lebih nyaman. Fungsi Reproduksi, Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan serta Fungsi Lingkungan.” kata Siti Nurannisaa.
Nurannisa berpesan jangan sampai ketahanan keluarga tidak terbentuk karena, ingat kita membutuhkan generasi penerus yang memiliki daya juang, ketrampilan hidup, mampu mengambil keputusan, berani dan terlatih untuk menghadapi tantangan untuk meneruskan perjuangan.
“Membangun ketahanan keluarga tidak instan, tapi investasi dan jangka panjang, sebab setiap orang memiliki tempo dan waktu masing-masing, cari kekuatan yang ada dalam diri ibu, jangan tersabotase dengan pikiran, itu berbahaya, dan akan melunturkan cita-cita.” kata Nurannisaa.
Menurutnya sesibuk apapun, sejauh apapun pergi, keluarga adalah tempat aman, dan nyaman untuk pulang, walau zaman sudah berubah, tapi manusia tetap sama, kita tetap butuh cinta, kebahagiaan dan kehangatan sebuah keluarga, ujar Nurannisaa pada akhir materi.
Melati dari Lumajang menyimpulkan bahwa ketahanan keluarga itu kondisi dinamik suatu keluarga yang mengoptimalkan sumberdaya dalam keluarga untuk mencapai tujuan sehingga menjadi keluarga yang berkualitas menjadi titik pangkal keluarga nasional.
Melati juga bertanya prinsip apa saja yang mendasari ketahanan keluarga. Nurannisaa menjawab yaitu dengan membangun komunikasi dengan cara mendengar aktif, komunikasi positif agar orang tua menjadi teman curhat bagi anggota keluarga, sehingga tidak curhat pada orang di luar rumah atau curhat pada orang yang salah. Memahami tumbuh kembang anak untuk menanamkan karakter yang baik pada usia produktif dan disiplin positif disini upaya membangun tanpa menyudutkan orang lain, seperti gampang menghukum pada kesalahan anak, sehingga mereka bisa disiplin karena hukuman bukan dari kesadaran, maka harus terampil memberikan disiplin yang positif.
Erna dari Bondowoso, juga bertanya cara memperbaiki pola didik yang tidak benar seperti mengajarkan ketidakjujuran, Nuannisaa memberi pesan agar segera diperbaiki dengan cara duduk bersama dibuka semua permasalahannya, memang hal itu tidak enak namun hasilnya akan lebih baik.
Ir. Hj. Sri Tresnahati Ashar, M.Si, Ketua Departemen Pemberdayaan Perempuan dan KEsejahteraan Keluarga, menggarisbawahi jawaban dari para penanya bahwa kita tidak mampu merubah orang lain, cara yang bisa dilakukan dengan merubah diri sendiri terlebih dahulu, nanti dengan sendirinya anak-anak akan mengikuti perubahan positif orang tua.