500 Remaja Ikuti Pelatihan Jurnalistik LDII Kediri
LDIIKediri.com (21/09) – Membaca, melihat dan mendengar tayangan berita yang enak di media televisi nasional ternyata melalui proses yang cukup detail. Bagaimana tidak, sang penulis maupun editor harus memahami teknik penulisan berita yang benar sehingga dapat menggambarkan kepada pemirsa terhadap obyek yang telah diliput oleh jurnalis lapangan.
Untuk mempermudah pengeditan, jurnalis lapangan harus mengambil momen dari mode wide, medium dan close up, selain itu harus memilih backsound yang sesuai dengan isi tayangan video sehingga pesan yang disampaikan lebih mengena ditambah dengan dubbing sebagai pelengkap sebuah video berita sebagaimana umumnya di media nasional.
Hal itulah yang menjadi harapan DPD LDII Kabupaten Kediri mendorong generasi muda untuk berperan aktif melakukan dakwah melalui media sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua DPD LDII Kabupaten Kediri saat menyampaikan pembukaan pelatihan jurnalistik.
“Intinya kita ingin meningkatkan kualitas berita dan DPD LDII Kab/Kota Kediri punya rasan-rasan akan membuat tv dakwah seperti ormas keagamaan yang lain, diharapkan ini akan menjembatani generasi untuk berperan aktif dalam dakwah, sebagaimana diluar sana banyak sekali pengaruh yang sangat luar biasa,” ujar Agus Sukisno, Ketua DPD LDII Kabupaten Kediri.
“sekarang terjadi pergeseran yang sangat luar biasa, masyarakat sekarang terutama millennial lebih memahami audio visual ketimbang orang bicara, makanya audio visual itu sangat penting, audio mempengaruhi apa yang kita lihat, apa yang kita lihat tapi tidak ada yang kita dengar maka informasi tidak akan masuk,” kata Ludhy Cahyana, Ketua Departemen KIM DPP LDII dan Koordinator Biro KIM DPW Jawa Timur yang sehari-hari sebagai wartawan sejak 1996, juga pernah kerja di media cetak, majalah Tempo, grup Kompas, Berita Satu news channel dan kembali ke online.
Menurut Ludhy bagian terpenting dari jurnalistik televisi adalah audio untuk telinga, visual untuk mata dan grafik untuk menyederhanakan informasi. Semua peristiwa tidak bernilai berita kalau tidak berkaitan dengan keterkenalan tokoh, jumlah orang yang terlibat dalam suatu peristiwa.
“Pelatihan jurnalistik dengan metode daring ini berlangsung lancar dari pukul 08.00 wib hingga 15.00 yang diikuti oleh remaja LDII Kabupaten/Kota Kediri dan Ponpes Walibarokah serta perserta luar daerah yang terpantu sebanyak 500 peserta dari 163 titik kumpul,”kata Ashari Eko, Ketua Panitia Pelatihan Jurnalistik.