Di ruang pengadilan hakim menjatuhkan hukuman 5 tahun penjara kepada Ngatino (bukan nama sebenarnya) karena telah mencuri uang sebanyak 30.000 rupiah. Sontak keputusan hakim di tolak oleh semua orang, bahkan Ngatino hampir pingsan karena keputusan tersebut jauh dari rasa adil.
Akhirnya ia memberanikan diri bertanya. “Yang mulia, mohon maaf, mengapa saya dijatuhi hukuman 5 tahun penjara sama dengan koruptor senilai 2 miliar, padahal saya hanya mencuri 30.000 rupiah,” tanya Ngatino.
Lantas hakim tersebut menjawab, “Saudara Ngatino, mengapa koruptor mendapat hukuman lebih ringan daripada kamu, sebab kalau dihitung-hitung, koruptor hanya merugikan 10 rupiah dari 200 juta rakyat Indonesia,” jawab sang pengadil.
Di Portugis ada remaja berusia 13 tahun bernama Rufino Borrego, menurut dokter di rumah sakit Lisbon, ia menderita otot menyusun dalam istilah medisnya disebut dengan Muscular Dystrophy. Sehari-hari ia berada di kursi roda selama 43 tahun.
Pada 2010 Rufino mencoba memeriksakan penyakitnya pada ahli saraf, kata dokter ia hanya menderita Myasthenia, penyakit tersebut hanya melemahkan otot dan dapat diobati dengan mengonsumsi obat asma. Percaya tidak percaya Rufino Borrego mencoba percaya pada dokter ahli saraf dengan melakukan metode penyembuhan sangat sederhana dengan mengonsumsi obat asma. Tidak disangka ia sedikit demi sedikit dapat berjalan normal.
Masih ingat dengan cerita Pak Bengkring, seorang suami yang sangat sayang dan cinta pada istrinya. Suatu saat istrinya sedang hamil muda, sebagaimana pada umunya gejala hamil muda adalah ngidam (emesis), yang menurut mitos jika keinginan seorang wanita yang sedang mengidam “gawan bayi” (pembawaan bayi) itu tidak dipenuhi maka kelak anaknya akan “ngiler“ (mengeluarkan saliva yang berlebihan).
Istri Pak Bengkring saat itu mengambil kesempatan dengan permintaan yang tidak masuk akal, ia meminta suaminya untuk mencari kotoran kering manusia, karena musim hujan otomatis sulit untuk mendapatkan kotoran kering manusia, tapi karena kesungguhannya Pak Bengkring akhirnya menemukan di dekat gubug sawah.
Kotoran manusia itu lalu dibungkus rapi dan dibawa pulang. Sesampainya di rumah ia berikan barang pesanannya kokring (kotoran kering) yang dibungkus rapi, “Dasar orang ngidam aneh-aneh, kok gituan mau dimakan,” pikir Pak Bengkring dalam hatinya.
Tiba-tiba, istrinya malah meminta agar Pak Bengkring mencicipinya, karena cintanya Pak Bengkring pada istrinya ia menuruti apa yang menjadi kemauan istrinya. Lantas istrinya bertanya, “bagaimana rasanya Mas,”. “Wah sepet,” jawab Pak Bengkring. Rupanya Pak Bengkring tak ingin menunjukan rasa yang sebenarnya.
Begitulah cinta yang dapat mengaburkan pandangan mata, kata nabi Hubbuka syai yu’mi wayushim (cintamu pada sesuatu akan menjadikan buta dan tuli). Istilah di Indonesia tahi kucing rasa coklat, warna hitam terlihat putih, dan sebagainya dan sebagainya.
Jika itu urusan dunia maka konsekwensinya tidak khoolidina abadan (langgeng sak lawase), yang berbahaya itu ketika Allah telah menyimpangkan hati kita, Allah membalik kefahaman kita, salah faham, yang dulunya baik di katakan jelek, yang dulunya haram sekarang di sebutnya halal, waspadalah Falamma Zaaghu Azaghollohu Kuluubahum.