LDII Kediri, (2/10). LDII Kediri Raya menggelar Festival Anak Sholeh (FAS) di Pondok Pesantren Nurul Hakim, Kediri, dalam rangka mewujudkan generasi penerus (generus) yang memiliki 29 karakter luhur sebagai bagian dari persiapan menyongsong Indonesia Emas 2045.
Ketua LDII Kabupaten Kediri, Agus Sukisno, menegaskan bahwa pengembangan 29 karakter ini penting untuk menciptakan kehidupan yang lebih bernilai. Karakter tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi generasi penerus, tetapi juga diharapkan dapat diterapkan oleh pengurus LDII dan warga, untuk mendukung program-program LDII yang lebih baik.
“LDII berupaya menyiapkan generasi penerus dengan 29 karakter dalam rangka menyongsong Indonesia Emas 2045. Dengan 29 karakter ini, hidup menjadi lebih bernilai, karena ada sesuatu yang diperjuangkan,” ujar Agus Sukisno.
Lebih lanjut, Agus Sukisno menambahkan bahwa LDII telah menyiapkan program bimbingan keagamaan dan bekerja sama dengan majelis taklim LDII serta mengadakan diklat khusus terkait 29 karakter. Program ini diharapkan dapat menjadi teladan bagi semua pihak dalam mengembangkan kegiatan LDII di masa depan.
“Festival Anak Sholeh menjadi semangat dan tantangan, serta berfungsi sebagai evaluasi terhadap pembinaan karakter ini,” tambahnya.
Ade Satya Irawan, Ketua Panitia FAS Kediri Raya, menjelaskan bahwa persiapan acara ini dilakukan selama tiga bulan. Ia mengakui bahwa jarak dan tantangan geografis sempat menjadi kendala, namun teknologi komunikasi membantu mempermudah koordinasi.
“Kami melakukan musyawarah selama tiga bulan, baik secara offline maupun online. Kami menyederhanakan lomba menjadi tiga cabang utama: Simulasi Akhlakul Karimah (SAKA), film pendek bertema 29 karakter, dan cerdas cermat untuk menguji kemampuan peserta,” ungkap Ade Satya Irawan.
FAS tahun ini diikuti oleh 135 peserta dari Kabupaten dan Kota Kediri serta Pondok Walibarokah, dengan setiap kontingen didampingi oleh lima orang official.
Ketua Kontingen Kota Kediri, Siska Tri Ernawati, menyoroti peran penting para guru dan pembina majelis taklim dalam melatih peserta. Tantangan utama bagi mereka adalah mengatasi rasa grogi para peserta yang belum terbiasa tampil di depan umum. Dia juga mengapresiasi dukungan orang tua yang turut berperan dalam proses persiapan.
“Kami seleksi peserta dari masing-masing majelis taklim LDII di Kota Kediri. Tantangan terbesar adalah bagaimana anak-anak tidak merasa grogi. Dengan latihan terus menerus, termasuk simulasi tampil di depan penonton, mereka menjadi lebih percaya diri. Kami juga melibatkan orang tua melalui grup komunikasi, sehingga mereka bisa memantau perkembangan latihan,” kata Siska Tri Ernawati.
Dia berharap kontingen Kota Kediri bisa meraih juara, namun menekankan bahwa keberanian tampil saja sudah merupakan kemenangan bagi para peserta.
“Semoga kami bisa jadi juara, tapi jika tidak, keberanian mereka untuk tampil sudah menjadi kemenangan tersendiri bagi mereka,” pungkasnya.