Menanam Jagung
Oleh: Faizunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Terus terang saya tidak ingat lagi, kapan terakhir saya merasa sedih. Bukan karena sombong. Bukan. Rasanya hidup ini terasa enak terus, senang terus. Mungkin, karena rasa syukur pada Allah yang berlipat – lipat sehingga menutup memori – memori kelam itu. Sakdermo. Nrimo ing pandum. Padahal dalilnya jelas, dalam hidup ini haruslah ada cobaan. Hidup haruslah dengan problematika. Tidak bisa tidak. Ada senang, ada sedih. Ada tawa, ada tangis. Ada sukses, ada gagal. Ada kesulitan, ada kemudahan. Ada kelahiran, ada kematian. Ada siang, ada malam. Dan lain sebagainya, sebagai suatu bentuk pasangan yang telah diciptakan Allah. Itulah garisNya. Dalam hidup ini, juga ada mushibah, pun ada salah. Allah berfirman;
{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157) }
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillahi wainna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al-Baqoroh 155).
Mungkin baru sedikit penjelajahan dan petualangan hidup ini. Indonesia saja belum diputerin semua. Pulau Jawa pun banyak yang belum dikunjungi. Jangankan Pulau Jawa, wong Kota Pati sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Pati, yang tercantum di KTP saya sebagai tempat lahir, belum tuntas saya kunjungi. Kadang saya jadi malu, ketika ngaku orang Pati, tapi nggak tahu Pati. Maaf. Apalagi manca negara. Kemudian berkelahi juga tidak pernah. Tawuran tidak punya catatan. Bandel belum pernah merasakan. Maka terkadang pengin merasakan satu per satu pengalaman itu. Namun itu bukan ukuran kualitas hidup seseorang. Sebab kebijaksanaan tidak melulu datang dari hal yang mahal, pelik dan brilian lagi menantang. Bahkan yang paling sederhana pun bisa menjadi hikmah dan guru hidup yang luar biasa, kalaulah bukan yang terbaik. Sebab selama kita masih berpijak pada bumi yang sama, maka kita bisa belajar dan mendengar dari pengalaman orang lain di sekitar kita. Walau tanpa pernah mengalaminya sendiri. Sebab apa yang ada di bumi ini memang diperuntukkan bagi kita semua manusia. Tinggal pinter – pinternya kita mengambilnya. Allah berfirman;
{هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (29) }
“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS al-Baqoroh: 29)
Urusan hidup itu sudah ada yang ngatur. Oleh karena itu jangan suka mengatur hidup. Isilah dengan hal – hal yang bermanfaat saja. Isilah dengan yang baik – baik saja, sebagaimana telah diatur dan diberikan yang Maha Mengatur lewat para utusan, di dalam kitab dan sunnatullahnya. Alam semesta telah banyak memberikan contoh, maka para leluhur nan bijak sering berkata, hiduplah seperti air yang mengalir. Mengasihilah seperti sang surya yang menyinari dunia. Kalau kita berbuat baik, Allah senang. Kalau kita berbuat baik, kebaikanlah yang kita temui kembali. Allah berfirman:
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).”(QS. Ar-Rahman:60)
Diceritakan seorang pewarta mewawancari seorang petani untuk mengetahui rahasia di balik sukses buah jagungnya yang selama bertahun-tahun selalu berhasil memenangkan kontes perlombaan hasil pertanian.
“Apa rahasianya Pak? Kenapa buah jagung Bapak selalu menjadi juara?” tanya sang wartawan.
Petani itu menjawab, “Tak ada rahasia. Tak ada resep khusus. Biasa – biasa saja. Sebab setiap musim tanam saya selalu membagi-bagikan bibit jagung terbaik saya pada tetangga-tetangga di sekitar perkebunan saya.”
“Mengapa anda membagi-bagikan bibit jagung terbaik itu pada tetangga-tetangga anda? Bukankah mereka mengikuti kontes ini juga setiap tahunnya?” tanya sang wartawan.
“Anda benar. Tapi tak tahukah anda?,” jawab petani itu, “Bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak dan menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain. Bila tanaman jagung tetangga saya buruk, maka serbuk sari yang ditebarkan ke ladang saya juga buruk. Ini tentu menurunkan kualitas jagung saya. Bila saya ingin mendapatkan hasil jagung yang baik, saya harus memberikan kepada tetangga saya jagung yang baik juga, sehingga mereka pun mendapatkan jagung yang baik pula.”
Begitulah hidup. Mereka yang ingin meraih keberhasilan harus menolong tetangganya menjadi berhasil pula. Mereka yang menginginkan hidup dengan baik harus menolong tetangganya hidup dengan baik pula. Nilai dari hidup kita diukur dari kehidupan-kehidupan yang kita sentuh di sekitar kita. Nggak jauh – jauh. Allah berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا.
“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah menyekutukan Nya dengan sesuatu pun. Berbuat baiklah terhadap orang tua, kerabat dekat, anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” (Q.S. An-Nisa: 36)
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: قِيْلَ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ فُلاَنَةَ تُصَلِّي اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ وَفِي لِسَانُهَا شَيْءٌ يُؤْذِي جِيرَانَهَا سَلِيطَةٌ قَالَ: لاَ خَيْرَ فِيهَا هِيَ فِي النَّارِ وَقِيلَ لَهُ: إِنَّ فُلاَنَةَ تُصَلِّي الْمَكْتُوبَةَ وَتَصُومُ رَمَضَانَ وَتَتَصَدَّقُ بِالأَثْوَارِ وَلَيْسَ لَهَا شَيْءٌ غَيْرُهُ وَلاَ تُؤْذِي أَحَدًا قَالَ: هِيَ فِي الْجَنَّةِ. رواه الحاكم.
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, “Dikatakan kepada Rasulullah SAW. “Wahai Rasulullah SAW., Fulanah selalu shalat malam dan puasa di siang harinya. akan tetapi, ia sering mencela tetangganya.” Rasulullah SAW. bersabda, “Ia tidak baik, ia masuk neraka.” Disebutkan kepada Rasulullah saw. bahwa fulanah hanya melaksanakan shalat wajib, puasa Ramadhan, dan bershadaqah hanya secuil keju. Akan tetapi ia tidak pernah menyakiti tetangganya.” Rasulullah SAW bersabda, “Ia masuk surga.” (H.R. Al-Hakim)
Mungkin kita semua masih ingat kala SD dulu. Sebelum pulang biasanya bernyanyi bersama-sama. Salah satunya adalah lagu Menanam Jagung karya Ibu Sud. Setelah sekian lama, mungkin kita bisa temukan renungan indah dari syairnya, yaitu:
Cangkul, cangkul, cangkul yang dalam…..
Menanam jagung di kebun kita.
Kebanyakan dari kita belum pernah menyangkul secara mendalam di dalam kebun hati sanubari kita. Belum mendalami secara detail seluk-beluk taman hati keluarga kita. Sebelum mencangkul lebih dalam ladang dari tetangga sekitar kita. Tidak ada kata terlambat, selama ada waktu kita bisa mulai start. Buka mata, pasang telinga, siapkan hati dan sediakan pikiran sederhana kita. Allah berfirman;
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka,” (QS. Ali Imran: 190-191)
Mari terus belajar dan belajar.