Ketika kita membaca hadits yang mengisahkan seorang sahabat nabi bertanya kepada rasulullah siapakah yang lebih berhak di hormati di dunia ini. Lantas rasulullah menjawab, “ibumu,” pertanyaan tersebut diulang hingga tiga kali dan jawabannya tetap sama lantas pada pertanyaan ke empat, rasulullah menjawab “bapakmu,” dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam shohih Bukhori dan Muslim tersebut memberikan isyarat bahwa semua orang harus menghormati ibu dan mereka memiliki peran penting dalam keluarga termasuk di dalamnya mereka adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Kalau kita melihat histori orang-orang besar tidak lepas dari peran seorang ibu yang memberikan kasih sayang dan pengorbanan yang sangat luar biasa. Sebagaimana kisah Imam Ahmad bin Hanbal yang diasuh oleh ibunya ketika dia masih kecil karena ditinggal mati oleh bapaknya. Dengan keterbatasan ekonomi, Shafiyah binti Maimunah binti Abdul Malik (Ibu Ahmad bin Hanbal)berusaha keras agar anaknya tidak kalah dalam pendidikan agama setiap hari dia antar anaknya ke majlis ilmu hingga di usia 15 tahun Ahmad bin Hanbal sudah hafal alquran 30 juz dan setelah itu dia belajar hadits dan menghafalnya hingga satu juta hadits. Imam Syafi’i sebagai guru Ahmad bin Hanbal memuji dengan kalimat “aku keluar dari bagdad (menuju Mesir), aku tidak meninggalkan orang yang lebih berilmu dan lebih bertaqwa daripada Ahmad bin Hanbal.”
Di era revolusi industri 4.0 tantangannya semakin berat karena tidak mau tidak harus mengikuti perkembangan teknologi namun tetap harus mempertahankan agama mereka dan anak-anak. Dengan kata lain cerdas tidak hanya pada IQ, tapi juga cerdas emosional qustion dan spiritual.
Perlu diketahui bahwa anak-anak sekarang ini memiliki kecerdasan diatas rata-rata, kalau tidak dikelola dengan baik maka akan menjadi malapetapa bagi keluarga dan bangsa, oleh karena itu tidak berlebihan kalau ibu adalah agen perubahan yang mampu mencetak generasi muda yang unggul. Ibu harus terus belajar demi perbaikan kualitas agama, akhlak dan mendidik anak-anak mereka menjadi generasi yang mandiri. Serta tidak kalah penting adalah menanamkan jiwa disiplin kepada anak-anak mereka dan menghargai sehingga dapat menerapkan Faidza faraghta fanshab.